Yang penting dalam hidup ini adalah cara kita saling memperlakukan satu sama lain.
Hana Ivanhoe, 15 tahun
Semasa kelas dua SMU, aku selalu mendambakan Junior Overnight, suatu acara retret yang diadakan untuk murid-murid perempuan di SMU sekolahku. Tujuannya adalah untuk membicarakan kehidupan kami dan untuk membahas masalah, kekhawatiran, dan kecemasan kami yang menyangkut sekolah, teman, cowok, atau apa saja. Diskusi kami sangat menarik.
Aku pulang dari acara retret itu dengan perasaan gembira. Aku telah belajar banyak tentang manusia yang akan sangat berguna bagiku. Aku memutuskan untuk menyimpan makalah dan catatan yang kuterima pada acara retret itu dalam buku catatanku, yang juga merupakan tempatku menyimpan berbagai benda milikku yang paling berharga. Tanpa terlalu memikirkannya, kusimpan buku catatanku itu di atas lemari dan membereskan kembali barang bawaanku.
Aku merasa sangat gembira dan puas setelah retret itu sehingga aku memasuki pekan berikutnya dengan penuh harapan. Namun, ternyata pekan tersebut merupakan bencana emosional. Seorang temanku benar-benar melukai perasaanku, aku bertengkar dengan ibu, dan aku mencemaskan nilai-nilai ujianku, khususnya pelajaran sastra. Yang paling kucemaskan adalah pesta sekolah yang akan datang.
Bisa dikatakan aku benar-benar tenggelam dalam tangis sampai tertidur, setiap malam. Tadinya aku berharap bahwa Junior Retreat itu akan berdampak besar untuk menenangkan diriku dan membantuku agar tidak merasa tertekan. Yang terjadi malah sebaliknya, aku mulai berpendapat bahwa retret itu hanyalah pereda stres sementara.
Aku bangun pada jumat pagi itu dengan hati yang berat dan sikap yang menyebalkan. Aku juga terlambat. Aku cepat-cepat mengenakan baju, menyambar sepasang kaus kaki dari lemari bajuku. Saat aku menutup pintu lemari dengan agak keras, buku catatanku terjatuh dan isinya bertebaran di lantai. Saat aku berlutut untuk membereskannya, selembar kertas yang berserakan itu menarik perhatianku. Pemimpin retret yang memberikan kertas itu padaku. Aku membuka lembaran kertas itu dan membacanya.
Hidup ini bukan tentang mengumpulkan nilai. Bukan tentang berapa banyak orang yang meneleponmu dan juga bukan tentang siapa pacarmu, bukan bekas pacarmu atau orang yang belum kamu pacari. Bukan tentang siapa yang telah kau cium, olahraga apa yang kau mainkan, atau pemuda atau gadis mana yang menyukaimu. Bukan tentang sepatumu atau rambutmu atau warna kulitmu atau tempat tinggalmu atau sekolahmu. Bahkan, juga bukan tentang nilai-nilai ujianmu, uang, baju, atau perguruan tinggi yang menerimamu atau yang tidak menerimamu. Hidup ini bukan tentang apakah kau memiliki banyak teman, atau apakah kau seorang diri, dan bukan tentang apakah kau diterima atau tidak diterima oleh lingkunganmu. Hidup bukanlah tentang itu.
Namun, hidup ini adalah tentang siapa yang kau cintai dan kau sakiti. Tentang bagaimana perasaanmu tentang dirimu sendiri. Tentang kepercayaan, kebahagiaan, dan welas asih. Hidup adalah tentang menghindari rasa cemburu, mengatasi rasa tak peduli, dan membina kepercayaan. Tentang apa yang kau katakan dan yang kau maksudkan. Tentang menghargai orang apa adanya dan bukan karena apa yang dimilikinya. Dan yang terpenting, hidup ini adalah tentang memilih untuk menggunakan hidupmu untuk menyentuh hidup orang lain dengan cara yang tak bisa digantikan dengan cara lain. Hidup adalah tentang pilihan-pilihan itu.Aku berhasil mengerjakan ujian sastra dengan baik hari itu. Aku bergembira bersama teman-temanku pada akhir pekan, dan berani menyapa pemuda yang kutaksir. Aku menghabiskan waktu luang lebih banyak bersama keluargaku dan berusaha mau mendengarkan kata-kata ibuku. Bahkan aku berhasil juga menemukan gaun indah untuk pergi ke pesta sekolah dan menikmati pesta itu. Dan itu semua bukanlah kebetulan atau keajaiban. Itu adalah perubahan dalam hati dan sikapku.Aku menyadari bahwa kadang-kadang aku perlu diam sejenak dan mengingat kembali hal-hal yang benar-benar penting dalam kehidupan ini misalnya hal-hal yang kudapatkan dari Junior Overnight itu.
Tahun ini aku duduk di kelas terakhir dan bersiap-siap untuk menghadiri acara Senior Retreat. Namun, lembaran kertas itu masih tetap tersimpan dalam buku catatanku sehingga aku selalu dapat melihatnya kembali setiap kali aku perlu mengingat apa sebenarnya hakikat hidup ini.
Katie Leicht, 17 tahun, dikutip dari Chicken Soup for the Teenage Soul
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan komentarnya ^_^