Dalih intelegensi atau "saya kurang cerdas" adalah lazim. Sebenarnya, dalih ini begitu lazim sehingga barangkali 95 persen dari orang di sekeliling kita mengidapnya dalam berbagai tingkat. Berbeda dengan kebanyakan jenis dalih lain, orang yang menderita jenis "penyakit khusus" ini menderita dalam diam. Tidak banyak orang mau mengakui secara terbuka bawha mereka merasa kurang cerdas. Mereka lebih suka merasakannya sendiri jauh di dalam.
Kebanyakan dari kita membuat dua kesalahan dasar sehubungan dengan intelegensi :
Karena kedua kesalahan ini, banyak orang sering merendahkan nilai diri mereka sendiri. Mereka galau menghadapi situasi yang menantang karena merasa bahwa untuk itu "diperlukan otak yang cerdas". Akan tetapi, kemudian datanglah orang yang tidak peduli dengan intelegensi, dan dia mendapatkan pekerjaan itu.
Yang penting sebenarnya bukanlah berapa banyak intelegensi yang kita miliki, tapi bagaimana kita menggunakan apa yang benar-benar kita punyai - pikiran yang memandu intelegensi kita jauh lebih penting daripada banyak intelegensi yang mungkin kita punyai.
Tiga cara mudah untuk menyembuhkan dalih intelegensi :
- Jangan pernah meremehkan intelegensi kita sendiri dan menganggap terlalu tinggi intelegensi orang lain. Berkonsentrasilah pada apa yang kita miliki. Temukan bakat unggul kita. Ingat, bukan seberapa banyak intelegensi yang kita miliki yang penting, melainkan bagaimana kita menggunakan otak kita. Manajemenilah otak kita daripada khawatir mengenai IQ kita.
- Ingatkan diri beberapa kali setiap hari. "Sikap saya lebih penting daripada intelegensi saya." Di kampus, di tempat kerja, di rumah, praktekkan sikap positif. Lihat alasan mengapa kita dapat melakukannya, bukan alasan mengapa kita tidak dapat. Kembangkan sikap "saya menang". Manfaatkan intelegensi untuk pemakaian positif yang kreatif. Gunakan otak untuk mencari cara-cara untuk menang, bukan membuktikan bahwa kita akan kalah.
- Ingat bahwa kemampuan berpikir jauh lebih bernilai daripada kemampuan mengingat fakta. Gunakan pikiran untuk menciptakan dan mengembangkan gagasan, untuk mencari cara-cara baru dan lebih baik untuk mengerjakan segala sesuatunya. Tanya pada diri sendiri, "Apakah saya menggunakan kemampuan mental saya untuk membuat sejarah, atau apakah saya menggunakannya hanya untuk merekam sejarah yang dibuat oleh orang lain???"
Berpikir dan Berjiwa Besar, halaman 46
Ketekunan adalah 95 persen dari kemampuan.
Lebih penting menggunakan otak kita untuk berpikir daripada menggunakannya sebagai gudang fakta.
nomoresorrow
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan komentarnya ^_^