Thanks kamu yang ke

Sabtu, 22 Januari 2011

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA

0

Aku suka banget sama puisi ini. Isinya, diksinya oke banget. Sempat aku baca sama teman-teman di acara kemerdekaan tujuhbelasan di kampung - jaman dulu waktu belum kenal malu. Sama di panggung kelulusan ujian praktek ketrampilan SMP juga, hhoho :D


MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA
Taufik Ismail

I
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas enam lima itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas Thomas Stone namanya
Whitefish buy kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang cerita tentang pertempuran Surabaya
Jelas  Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil kecilan aku nara sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini ?

II
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Ulyses dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia

III
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan
Di negeriku, anak lelaki, anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak pernah malu
Di negeriku, komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan, senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyem dipotong birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari
Di kedutaan besar, anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati, agar orang tua mereka bersenang hati
Di negeriku, khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang
Di negeriku, Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah, ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang saja sementara mereka kalah, kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat
Di negeriku, keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual beli, kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi
Di negeriku, rasa aman tak ada, karena duapuluh pungutan, limabelas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman
Di negeriku, telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar
Di negeriku, sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor yang disetujui bersama
Di negeriku, rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antar bangsa, lagipula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil, karena China, India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haurkoneng, Nipah, Santa Cruz dan Irian, ada pula pembantahan terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan, dan matahari tak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi

IV
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Ulyses dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia

http://www.geocities.com/soho/museum/2737/p-taufiq.html 
http://tamanismailmarzuki.com/image/taufikismail.jpg

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan komentarnya ^_^

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates | Best Web Hosting
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...